Postingan

Menampilkan postingan dari November, 2019

Karena Aku Menginginkanmu

Gambar
Hai Gadis, Aku memang bukan lelaki baik yang bisa kau jadikan teman. Dan aku hanya ingin menyampaikan sesuatu yang sudah terjadi, yaitu bahwa aku selalu ingin menatapmu hingga jauh lebih dalam. Tetapi aku tahu, bahwa cuma dia yang selalu ada dalam pikiranmu, dia yang selalu terbayang dalam ingatanmu. Tapi kalau kamu mau melihatku sebentar saja, melihat bagaimana aku begitu berani ingin memilikimu. Bahkan ketika aku ada didepanmu, kau tak bisa melihat hal itu dariku. Kau selalu berpaling. Sementara aku tak bisa melihat hal lain, selain dirimu. Menyimpan kamu dalam ingatanku. Dan kau pasti berpikir bahwa ini hanya omong kosong dariku. Seperti katamu, bahwa aku hanya hidup dalam omong kosong. Benar aku hidup dalam omong kosong. Tapi tentangmu, aku pastikan itu bukan omong kosong. Aku tahu resiko dari keinginan ini, bahwa aku akan kehilanganmu. Aku tahu bahwa sejak awal aku tak bisa memilikimu. Tapi biarkan aku jadi pemenang dihari esok darimu. Karena aku menginginkanmu, hari ...

SEPERDUA GARIS WAKTU

Gambar
Banyak orang yang merasakan bahwa kehidupannya kurang beruntung. Segala perbandingan dijadikan titik acuan untuk menilai kehidupannya dengan orang lain. Mulai mencari alasan untuk enggan melangkah maju, dan lebih memilih diam ditempat menikmati kegelisahan. Kata-kata motivasi dari seorang motivator hebatpun rasa-rasanya enggan didengar. “Toh, apa yang harus didengar jika hidup akan selalu seperti ini”. Ketus kawan saya dengan begitu lugunya.  “Sudah berhari-hari aku menghitung waktu, sudah berhari-hari aku menjamur dalam terik yang menyengat. Tapi apa yang aku dapat. Aku hanya mendapat sepaket kesialan  tentang hidup yang enggan menjadi baik”.  Bagaimana mungkin kehidupan akan menjadi lebih baik, jika kehidupannya dikuasai oleh hawa nafsu, keserakahan dan krisis akan identitas.  “Bung, saya heran. Kenapa pengusaha sekelas Nadiem Makariem, Erick Tohir dan beberapa pejabat negara mau meninggalkan dunia usaha mereka hanya untuk menjadi pelayan negara?. Apa masih ku...

Sebab yang manis itu ada di awal, bukan di akhir

Gambar
Awal memang selalu begitu. Semua terasa baik-baik saja. Semua terasa cocok. Ibarat baju lama yang dikenakan kembali, dan terasa cocok. Awal memang selalu begitu. Manisnya sapa, Indahnya temu, Selalu ada diawal. Tapi apa nanti akan selalu begitu?. Awal memang selalu begitu. Yang lama dekat akan perlahan menghilang. Yang baru dekat akan terus menempel. Unik, ia seunik manusia yang Tuhan ciptakan. Awal memang selalu begitu. Janji manis pasti selalu terucap. Anggapan dia yang paling baik itu pasti. Ah.. rasa-rasanya tak perlu ada akhir. Kupang, 13 November 2019 Kevhin Marden

Untuk Kamu yang Selalu Menyapa Pagiku Dengan Santun

Gambar
Aku mungkin menjadi salah satu makhluk Tuhan yang paling beruntung. Beruntung karena sudah mengenalmu hingga sejauh ini. Beruntung hingga akhirnya aku memilikimu, yang walaupun nantinya kita tak tahu akan jadi seperti apa. Tetapi untuk saat ini aku bangga mengenalmu. Bangga menjadi teman untuk menulis cerita disetiap harimu. Terimakasih. Terima kasih untuk setiap ucapan selamat pagi yang selalu kau kirimkan. Yang walaupun jelas aku kadang tak memperdulikannya. Tetapi kamu dengan sabar menghadapi nya. Proud of you Kita kian dekat. Hingga hari ini, kebiasaan mengucapkan selamat pagimu tak kunjung berkurang. Frekuensi kepedulian yang kian mendekati kesempurnaan. Aku tak lagi ingin menebak, tentang pesan seperti apa yang akan kau kirim disetiap pagi. Karena aku tahu pesan itu adalah selamat pagi. Pesan yang singkat namun menggugah rasaku. Kau tahu gadis?. Aku selalu mengucap syukur perihal itu. Jangan mengubahnya. Hingga berjalan sampai sejauh ini, rasa-rasanya aku tak lagi ingin mel...

Ajari Aku Untuk Melepaskanmu: Serumpun Kisah Gadis Tak Bertuan

Gambar
Diujung jalan itu, gadis manis dengan senyum yang anggun berjalan perlahan mendekati harapan. Jauh dalam tatapan matanya, sebuah kekecewaan bersarang dengan liarnya. Menggumpal amarah yang kian memanas. Menepati janji yang pernah disepakati bersama, rasa-rasanya tak lagi bisa didiamkannya begitu saja. "Lepaskan saja aku, jika tak lagi berniat menulis kata. Dan ingat, jangan kembali lagi walaupun kau masih berhutang penjelasan", sahutnya lirih dengan mata yang sembab. Jauh sudah angan itu melayang, riuh kecewa bergelora disepanjang penantian. Namun semua tak lagi mengikat. Oktober yang kelabu, November yang mengelabu. Ajari aku untuk melepaskanmu. "Ikhlas". Kata yang selalu mencoba menenangkan harapanku. Kasih, tak semudah seperti yang kau bayangkan perihal berbicara tentang mengikhlaskan. Aku gadismu, berbicara tentang November yang perlahan mengantarku pada cerita pesta Natal tahun lalu. Semua masih tergambar dengan jelas dalam ingatan. Tentang pesan yang kau ...