Postingan

Menampilkan postingan dari Oktober, 2019

Demokrasi Tanpa Oposisi: Pendidikan Politik Yang Gagal

Gambar
Apa kabar demokrasi negriku?. Apakah kau sedang baik-baik saja?.  Dua puluh tahun pasca era reformasi dikumandangkan, perjalanan demokrasi dinegeri ini kian dewasa. Sekian banyak kemajuan, sekian banyak hal yang diubah demi kepentingan demokrasi. Mengatas namakan demokrasi segala bentuk peraturan dan tindakan diatur dari suatu tatanan politik yang melahirkan Undang-Undang. Para elit mendirikan organisasi politik untuk mengisi kekurangan. Lahirlah partai politik dengan itikad membawa Indonesia kearah yang lebih baik dengan melabelkan Pancasila dan Undang- Undang Dasar 1945 sebagai pegangan dasar. Tak tanggung-tanggung 16 partai politik ikut meramaikan pesta demokrasi tahun 2019. Sebuah kemajuan yang patut kita apresiasi. Sudah 5 kali Indonesia melakukan pergantian orang nomor 1 pasca reformasi. Lahirlah pemimpin-pemimpin yang dianggap mampu membawa negri ini kejalan yang jauh lebih baik. Segala bentuk dinamika terjadi dalam situasi pergantian ini. Yang kalah dalam pertarungan p...

Kini Sampah Itu, Sudah Memiliki Nilai Lebih

Gambar
Dengarkanlah sebentar, aku akan menceritrakan pada kalian tentang seseorang yang pernah disakiti hingga sepatahnya oleh seseorang yang dianggapnya istimewa. Tentang dia yang pernah jatuh-sejatuh jatuhnya kepada seseorang itu. Yang hingga akhirnya hal itu membuat dia kian terpojok disudut ruangan. Hari-hari kelam dan mendung selalu menemaninya. Keabu-abuan rasa kian menyiksa nya. Dan disaat yang bersamaan juga tak ada sedikitpun rasa peduli dari seorang yang dia anggap istimewa. Dia sungguh merasakan keburukan dalam hidupnya.  Hari itu, seorang yang dianggapnya istimewa, mengganggap semua yang dirasakan oleh nya adalah sesuatu yang omong kosong. Yang dirasakannya seolah-olah suatu pengahalang bagi seorang yang dianggapnya istimewa untuk mencari dan keluar dari kekungkungan rasa. Dia tak sedikitpun respect dengan keadaanya si dia, dia bahkan dianggap sebagai pengganggu dan bahkan dia mengganggapnya dengan anggapan yang paling kerdil, yaitu "sampah". Tak ada harganya sama...

Sebelum Semuanya Hilang, Tolong Kau Sadari

Gambar
Perihal berbicara tentang sosokmu, tak akan cukup kopi segelas yang aku sajikan hari ini. Rasa pekat yang menggumpal dalam aroma kopi tak sedikitpun bisa mengurai ulang maksud dari suatu kehadiran.  Di seperdua Oktober, jalan panjang nan sunyi mengusik lamunan. Tangkai mawar perlahan menguncupkan dedaunan yang baru. Membungkam segala tafsir tentang panas yang tak akan mungkin mempertahankan habitat rasa. Gerah!!. Teriakmu dikala panas yang menyengat menembus sanubari aksara. Oktober selalu punya cara untuk memulai kembali ataupun untuk berhenti. Jejak langkah diseperdua Oktober kian samar-samar terhapus angis. Beriringan dengan senyum yang perlahan malu-malu. Semua kini akan kembali pada titik yang membuatku sadar bahwa kehadiran kembali bukanlah suatu prestasi baik. Tetapi sudahlah, aku tak ingin memperdebatkan itu. Sosokmu adalah keegoan yang bermuara pada ingin yang nihil. Dahulunya kau adalah jawaban tentang suatu kepastian. Perlahan melangkah menuju pada kebimbanga...

SeperEmpat Oktober

Gambar
Seminggu yang lalu September berlalu, seperti rinduku padamu yang perlahan malu-malu. Akhir segala kenangan, risau segala lara beriringan pergi meniggalkan rindu. Oktober ditahun ini, adalah awal memasuki musim penghujan yang akan mewarnai hari disisa terakhir tahun ini. Merawat tanaman yang perlahan mengembangkan kuncup merona nya. Sama seperti merawat hati yang telah lama kehilangan asa nya. Akan datang hujan yang selalu membasahi tanah dikota ini. Akan datang hujan yang akan selalu menggenai jalanan dikota ini. Becek!. Ketusmu pasti dikala nanti. Kevhin Marden Kupang, 05 Oktober 2019