Sebelum Semuanya Hilang, Tolong Kau Sadari



Perihal berbicara tentang sosokmu, tak akan cukup kopi segelas yang aku sajikan hari ini. Rasa pekat yang menggumpal dalam aroma kopi tak sedikitpun bisa mengurai ulang maksud dari suatu kehadiran. 
Di seperdua Oktober, jalan panjang nan sunyi mengusik lamunan. Tangkai mawar perlahan menguncupkan dedaunan yang baru. Membungkam segala tafsir tentang panas yang tak akan mungkin mempertahankan habitat rasa. Gerah!!. Teriakmu dikala panas yang menyengat menembus sanubari aksara. Oktober selalu punya cara untuk memulai kembali ataupun untuk berhenti.
Jejak langkah diseperdua Oktober kian samar-samar terhapus angis. Beriringan dengan senyum yang perlahan malu-malu. Semua kini akan kembali pada titik yang membuatku sadar bahwa kehadiran kembali bukanlah suatu prestasi baik. Tetapi sudahlah, aku tak ingin memperdebatkan itu. Sosokmu adalah keegoan yang bermuara pada ingin yang nihil.
Dahulunya kau adalah jawaban tentang suatu kepastian. Perlahan melangkah menuju pada kebimbangan. Tatkala semuanya abu-abu, senyum sinismu kian memenjarakan. Lalu akupun berusaha pamit dari mimpi panjang tentang kita. Kalah!. Mungkin itu yang menjadi jawabanku untuk kali ini. Ingat, aku tak lagi mengalah.
Maria, sosokmu adalah keegoan yang bermuara pada ingin yang nihil.

Kupang, 12 Oktober 2019
Kevhin Marden

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Hanya Enu Manggarai yang Cantiknya Luar Biasa.

CERITA MAHASISWA SEMESTER AKHIR

Teliga Rindu Untukmu Yang Kusapa Ayah