Kopi Pa'it

Jika berdiam diri adalah pilihanmu, maka mencoba mendekatimu adalah kesalahanku. Kopi malam ini terasa begitu hambar, lantaran racikannya yang kurang pas. Biasanya kopi dan surya 12 adalah sepasang kekasih yang selalu setia menemani sepiku dikota ini. Tapi malam ini semua terasa beda. Mulai dari racikan kopi yang kurang pas hingga candu nikotin di batangan surya 12, semuanya tak bersensasi.  Candu malam ini tak senikmat candu hari kemarin. Kalian tau apa yang membuat ini terjadi?. Ini terjadi karena senyumnya kian mengikis disetiap akhir cerita disudut kota. Kotanya su dingin, senyumnya ju dingin, akh..apalagi hatinya. Pasti lebih dingin. Hahaha Jika kalian masih ingat tentang ceritaku beberapa hari yang lalu, maka malam ini aku tak perlu menjelaskan panjang lebar tentang apa isi ceritaku malam ini. Ini masih tentang sesosok gadis dikota, sesosok gadis yang senyumnya menentramkan hasrat. Sesosok gadis yang membuat aku tahu bahwa kesempurnaan itu ada pada dirinya. Ja...

Jangan menatap terlalu dalam jika tak ada niat untuk menyapa. Jangan memberi harapan jika tak ada niat untuk menyatukan rasa. Di pagi yang kelam, ketika matahari masih enggan untuk memamerkan ayunya di ufuk timur, secangkir kopi panas yang disajikan diatas meja bersama teman kencannya si surya 12 begitu bersemangat mengucapkan selamat pagi untuk hati yang masih patah. Aroma kopinya kian pekat. Rasa candu akan kopi dan rasa cinta akan surya 12  tak lagi bisa menahan nafsuku untuk secepatnya menikmati sepaket cinta pertama itu. Ahk nikmat...tegukan pertama dan tarikan perdana mengepul asap bersama rasa yang kian terbakar bersama cemburu yang tak bertuan.  Mentari seakan mengerti perihal hati yang sedang patah, dia berjalan begitu cepat seiring jarum jam yang berdetak kian mendera. Dihantarkannya segala harapan menjadi kenyataan. Perlahan demi perlahan secuil perasaan kembali datang mengusik dalam isi kepala. Meronta lalu berontak, secuil harapan tentang dia yang tak tau ...

Sejauh bayang mendekap angan, Riuh angin bergelora sepanjang jalan. Tatapan melek tak bertuan, Menembus jarak yang enggan ketinggalan. Sayup-sayup malam terdengar syahdu, Senyum manismu membuatku merindu. Dingin mendekap dalam sendu, Kata-katamu menyejukkanku. Asrama tak bernada, Jumpa pertama tak meninggalkan nama. Pesan manis bertanda ada, Lipstik di bibirmu masih berasa. Gadis manis tak bertuan, Senyummu memikat harapan. Diujung jalan di akhir persimpangan, Langkahmu kian sempoyongan. Mano, 22-Juli-2019 Kevhin Marden

Menjadi mahasiswa yang memprogramkan matakuliah KKN (Kuliah Kerja Nyata) di semester ganjil, tentunya memiliki cerita tersendiri untuk hal ini. Entah cerita tentang desa yang dikunjunginya ataupun tentang hal lain yang didapatinya selama mengikuti program KKN. Semua kemungkinan pasti banyak yang terjadi di situasi ini.  Ada satu hal yang menarik tentang KKN  di desa yang saya kunjungi, yaitu ketika KKN bukan lagi menjadi singkatan dari "Kuliah Kerja Nyata" tetapi menjadi "Kerja Kasih Nyaman". Kepanjangan ini saya dapat dari sebuah story WhatsApp milik kawan perempuan saya. Dari story WhatsApp  ini saya hanya ingin berspekulasi bahwa sesungguhnya Kerja Kasih Nyaman ini sedang atau bahkan sudah di jalankan oleh kawan saya. Wah..ini hal yang menarik. KKN (Kuliah Kerja Nyata) adalah satu dari tiga cita-cita mulia dunia pendidikan tinggi, yaitu pengabdian kepada Masyarakat. Ingat! Bukan pengabdian kepada salah satu orang. Banyak program-program yang dirancang untuk...

Dia Gadis Manggarai Timur yang Aku Kenal di Tempat KKN. Dipenghujung sore diatas lapangan bola voli itu, gadis cantik berkulit putih serta berlesung pipi adalah panorama alam yang enggan menghantar sore menuju malam. Tatapannya, senyumannya adalah sepaket rasa yang ingin aku larutkan dalam sajian kopi yang dihidangkan disore itu. Bibir yang kering karena haus akan kopi tampak seperti berminyak dibalut lipstik yang mahal, tersipu angin yang ingin memiliki. Dia terlihat bersemangat memenangkan pertandingan itu. Dan tentunya dia tak tahu bahwa aku sedang memperhatikannya. Elok jika dipandang, manis jika dikenang, ah gadis Matim jangan membuat hatiku tertinggal disini.  Jika sore mengajarkanku untuk ikhlas merelakan dia pergi, maka engkau mengajarkan ku untuk ikhlas menunggu dalam perjumpaan ini. Ditempat KKN ini ada banyak gadis yang menggetarkan hasrat, namun satu gadis ini yang mampu mengalihkan perhatiannku. Yaitu dia. Dia terlihat sempurna dengan balutan baju kaos merah...

Deru mesin serta asap dikota itu, buat saya tidak nyaman. Ini tentang seorang gadis dikota yang datang merantau jauh-jauh dari kampung halamannya. Penampilan yang serba apik, tutur kata yang santun serta senyum semringah yang menentramkan jiwa. Dia adalah seorang gadis berjilbab yang saya kenal dalam sebuah perjumpaan yang memang tak disengajakan. Moni namanya. Dia gadis dari Manggarai Barat. Mahasiswi semester V, fakultas Kedokteran UNDANA. Kamu tau to bagaimana cantik dan bersihnya mahasiswi fakultas kedokteran. Begitu juga Moni. Dia cantik, bersih dan tentunya wangilah e. Hahaha. Ada satu hal yang masih terlintas dalam pikiran saya tentang Moni, yaitu cara dia menatap saya itu beda. Disaat banyak orang menatap saya dengan biasa-biasa saja, justru Moni menatap dengan cara yang berbeda. Saya suka itu Moni e.  Awal perjumpaan dengan Moni adalah ketika saya sedang menikmati kopi dan rokok di salah satu kantin di kampus. Kebetulan sekali hari itu saya tidak dengan kawan-k...