Jangan Berandai-Andai Soal Rasa


Jangan menatap terlalu dalam jika tak ada niat untuk menyapa.
Jangan memberi harapan jika tak ada niat untuk menyatukan rasa.

Di pagi yang kelam, ketika matahari masih enggan untuk memamerkan ayunya di ufuk timur, secangkir kopi panas yang disajikan diatas meja bersama teman kencannya si surya 12 begitu bersemangat mengucapkan selamat pagi untuk hati yang masih patah. Aroma kopinya kian pekat. Rasa candu akan kopi dan rasa cinta akan surya 12  tak lagi bisa menahan nafsuku untuk secepatnya menikmati sepaket cinta pertama itu. Ahk nikmat...tegukan pertama dan tarikan perdana mengepul asap bersama rasa yang kian terbakar bersama cemburu yang tak bertuan. 
Mentari seakan mengerti perihal hati yang sedang patah, dia berjalan begitu cepat seiring jarum jam yang berdetak kian mendera. Dihantarkannya segala harapan menjadi kenyataan. Perlahan demi perlahan secuil perasaan kembali datang mengusik dalam isi kepala. Meronta lalu berontak, secuil harapan tentang dia yang tak tau siapa pemilik hatinya. Ini tentang dia. Tentang dia yang terlihat beda, tentang dia yang terlihat anggun dengan busana sederhana ala seorang mahasiswi  yang sedang memasuki fase terakhir dalam bangku kuliah, tentang dia yang selalu tersenyum dengan penuh ketulusan, tentang dia yang berprilaku layaknya seorang gadis yang patut disegani. Tentang dia yang katanya tak lagi menjalin kisah dengan siapapun. 
Tatapannya yang begitu mendalam namun enggan untuk menyapa, membuat kopi di gelasku terbuang sia-sia. Sebatang rokok yang kubakar menemani sepi bertuliskan ingin terbakar percuma tanpa setarikan pun aku nikmati. Akh semuanya terasa percuma. 
Ada satu hal yang cukup membuat langkahku tetap terlihat tegak adalah sebuah pesan singkat yang dikirimnya di malam itu via WhatsApp. Sebuah pesan yang teramat singkat namun penuh makna. Ada harapan yang tergambar di isi pesan itu. (Ini hanya penafsiran saya tentang pesan yang dia kirim).
Aku tak ingin berandai-andai soal rasa. Sebab senikmat apapun kopi yang disuguhkan pagi ini tetap punya sisi pahitnya. Sesempurna apapun tarikan perdana dari sebatang rokok surya 12 dipagi ini, dia tetap mengandung nikotin. Jangan membaca lalu diam perihal apa yang ditulis, tetapi tenggelamlah dalam tulisan itu agar kau tau apa pahit dan manisnya tulisan itu. 
Jika hari ini atau esok atau entah kapanpun kau membaca tulisan ini, dan kau merasakan hal yang sama seperti yang saya rasakan, datang dan temui aku. Aku selalu menunggumu disetiap detik waktuku disudut ruangan. 
Ditempat kau dan aku berbagi cerita, ditempat kau dan aku menikmati kopi dan teh. Aku ingin kita kembali kesana bersama dalam "kita" bukan aku dan kau.
Aku menunggumu.

Disepertigahari-Ruteng, 20-Juli-2021
Kevhin Marden

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Hanya Enu Manggarai yang Cantiknya Luar Biasa.

CERITA MAHASISWA SEMESTER AKHIR

Teliga Rindu Untukmu Yang Kusapa Ayah