Sembilan Belas Tahun Silam
Sabtu sore nan risau, semua sibuk dengan segala aktifitasnya. Hiruk pikuk mewarnai kehidupan kota, kota diujung barat di pulau itu. Pulau yang menyimpan sejuta keindahaan alamnya, bahkan ikonnya menjadi ikon pariwisata dunia. Di teguknya secangkir kopi yang hampir habis di cangkirnya, sembari dihisapnya sebatang filter kretek yang terisa satu di bungkusnya. Tegukkan kopi dengan ditemani sebatang filter kretek, menambah nikmatnya seduhan kopi di sore itu.
Seketika ingatanya terlintas akan sosok seseorang. Di helanya napas panjang ketika mengingat sosok itu. Sosok itu, ya tentu saja sosok seorang ibu yang sangat dirindukannya. Tak ingin larut lebih dalam dari ingatan sosok ibunda tercinta, lalu ditegukkannya kembali kopi sisa sembari menghisap filter kretek yang juga sisa sebatang. Namun sial, ingatan akan sosok sang ibu semakin dalam merasuki pikirannya.
Sial, sosok itu telah lama pergi meninggalkannya. Sosok ibu yang sudah 19 tahun tak pernah lagi di jumpainya.
Ah ibu, tunggu aku di rumah baru surgamu.
Theko Marden

kitalah gambaran dia yg tlah tiada. Berdoa n mengiklaskan mereka adlah cara terbaik tuk buat mereka tersnyum.
BalasHapusTerima kasih untuk pesan-pesan baiknya. Tabe
HapusSurga selalu ada untuk mereka yang selalu merindukan.
BalasHapusDoa dan harapan adalah kunci sur
Terima kasih.
Hapus