Lelogama dan Sederet Kesempurnaan.


Hari itu masih terrekam dengan jelas dalam batok kepala, tepatnya hari Sabtu, 25 Juli 2020 sekira pukul 06.30 WITA saya bersama dengan dua orang anak muda lainnya sebut saja nama mereka adalah Tian dan Ano dan satu orang juru pandu sebagai tuan tanah yang biasa saya dan beberapa anak muda menyapa beliau dengan sapaan Jabal Taimnanu bergegas berangkat meninggalkan Kota Kupang menuju salah satu kecamatan di bagian selatan Kabupaten Kupang yang lazim disebut Kecamatan Amfoang Selatan. 
Perjalanan menuju Kecamatan Amfoang Selatan ini memang memerlukan waktu tempuh yang cukup lama, kala itu kami memerlukan waktu kurang lebih 3 jam untuk menyusuri setapak demi setapak jalan kota dan kabupaten. Kelok dan gelombangnya jalanan yang kami lalui, memaksa kami untuk sedikit mengurangi kecepatan laju kendaraan. Dalam perbincangan ringan antara saya dengan sang juru pandu tentang kondisi infrastruktur jalan menuju Amfoang tepatnya menuju Lelogama, ternyata sejak Indonesia merdeka baru di tahun 2019 akses jalan menuju kesana baru di perhatikan secara serius oleh pemerintah. Hal ini bisa dibenarkan jika kita mengamati kondisi realnya, bahwa sepanjang perjalanan kami menuju Lelogama, Kecamatan Amfoang Selatan hiruk pikuk pengerjaan masih tetap berjalanan.
Singkat cerita, tibalah kami ditempat yang menjadi tujuan dari perjalanan kami, yaitu Lelogama. Memasuki wilayah Lelogama, hamparan perbukitan membentang dengan megah nan hijau. Hembusan angin pedesan yang sejuk merasuk ke sum-sum tulang. Kami memarkirkan kendaraan kami di kaki bukit yang menjadi tujuan dari perjalanan kali ini. "Dingin sekali e", ketus Tian ketika selesai memarkirkan kendaraannya dan menginjakkan kaki di bukit Lelogama. Awan hitam mengumpal mengitari wilayah perbukitan Lelogama, jarak pandang makin kabur, suhu makin dingin menggila. Jujur saja saya tidak kuat untuk bertahan terlalu lama diatas bukit Lelogama. Hijaunya perbukitan, kerasnya angin dan pekatnya kabut adalah kesempurnaan Lelogama yang tak akan bisa digantikan dengan kesempurnaan apapun.
Pukul 11.20 WITA, kami bergegas pergi menuju tempat berwisata lainnya yang ada di Lelogama. Tempat itu diperkenalkan oleh sang juru pandu kami, dan tanpa berdiskusi panjang kamipun berangkat menuju Batu Basusun. Saya tidak ingin tahu apa mitos dibalik pemberian nama Batu Basusun ini, sebab keindahannya sudah mampu membuatku bungkam. Terik mentari yang makin terasa menyengat, terbayar lunas dengan kemegahan Batu Basusun. Seperti balok yang berukuran sama tersusun dengan teknik arsitektur yang memang luar biasa. Tetapi Batu Basusun adalah murni karya alam. "Tuhan, keindahan apa lagi yang harus aku dustakan dihadapanMu?" Pekik Anno ketika selesai menghela napas merasa takjub denga keindahan itu.
Bukit, kabut, angin, dan Batu Basusun adalah sederet kesempurnaan yang dimiliki Lelogama.
Terima kasih Lelogama, Terima kasih Amfoang Selatan, tunggu kami dilain waktu.

ID Penayang: pub-8645093726949392
Kupang, 01 Agustus 2020
Kamar kos.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Hanya Enu Manggarai yang Cantiknya Luar Biasa.

CERITA MAHASISWA SEMESTER AKHIR

Teliga Rindu Untukmu Yang Kusapa Ayah