GADIS BERMATA SAYU

Hari pertama aku melangkahkan kaki ku di tengah keramaian kota kecil ini, dengan begitu kampungan beralaskan sandal swallow, dengan kaos oblong hitam ku berjalan menyusuri setapak demi setapak jalanan kota ini. Lelah..itulah yang kurasakan. Panas nya mentari siang titipan bumi batu karang tak sedikit pun mematahkan semangat ku tuk segera sampai pada tempat tujuan ku. Ku toleh ke samping kanan ku sebuah gapura bertuliskan “ WARUNG MAKAN POJOK“ yang nampak begitu mewah, membuat ku penasaran. Ku langkahkan kakiku memasuki pintu rumah makan pojok, tatapan ku langsung menerawang jauh ke sebuah meja di bagian paling pojok rumah makan itu. Yah..itu dia yang nantinya ku sebut gadis bermata sayu. Ku memilih tempat duduk persis 2 meja di sampingnya. Mengapa harus memilih tempat di samping dia? Jawaban nya cuma satu,aku jatuh hati dengan tatapan pertama.
Terlalu lama aku memandangi wajah nya, sayu mata nya menyimpan sejuta pertanyaan. Jauh angan membayang, jauh asa melayang hingga petang pun datang membayang. Ahh ini terlalu singkat. Berkemas ia tuk segera bergegas melangkahkan kaki menuju rumah nya. Meninggalkan ku sendiri dengan sejuta pertanyaan menemaniku.
Minggu ke 2 pasca pertemuan singkat di hari itu, ku kembali merapatkan langkah menuju rumah makan pojok, berharap hal yang ku temukan 2 minggu yang lalu dapat terulang lagi. Ternyata benar, dia masih di tempat itu dan di meja yang sama. Ku mulai mereka-reka ada apa di balik itu?  Ku mencoba ambil jarak se intim mungkin agar setidak nya bisa ku dengar denyut nadinya. Untuk sekedar ingin menjawab pertanyaan yang sudah mengganjal dalam pikiran ku selama kurang lebih 2 minggu belakangan ini. Tapi sepertinya ini akan sia-sia. Pribadinya saja belum ku kenal apalagi mau menjawab pertanyaan tentang dirinya. Ku coba untuk terus menahan pertanyaan dalam benak ku. Tapi ahh, ku beranikan diri untuk mulai bersuara dan membuka perbincangan antara aku dengan dirinya. “Hay”, sapa ku agak canggung pada sang gadis, lalu sejenak ku terdiam menunggu jawaban dari nya, sang gadis melemparkan senyum manis nya dan menyalami ku, seketika itu pula aku terhentak dan ingin melanjutkan perbincanganku dengan nya. Sambil tersipu malu ku mulai melontarkan beberapa pertanyaan yang sudah lama tertanam dalam benak ku sejak saat pertama ku jumpa dirinya. Lama kami berbincang hingga diriku ingin selalu berada di tempat itu. Dari perbincangan-perbincangan inilah hubungan kami pun menjadi sedikit dekat. Ahkirnya suatu ketika ku beranikan diri untuk pergi ke kos nya untuk berkunjung. Entah karena apa aku ingin selalu berada dekat nya. Bukan hanya dengan nya tapi dengan teman-temannya pun hubungan kami terasa begitu dekat. Dalam kebersamaan ini kami selalu berkunjung ke tempat awal kami berjumpa yaitu rumah makan pojok.
Hari itu persis di tempat itu pula, ku mencoba memberanikan diri untuk melontarkan sebuah pertanyaan yang sudah mengganjal dalam pikiran ku setelah sekian lama kami bersama. “ kenapa kamu memilih tempat ini dan selalu duduk di kursi ini?? Apa ada yang istimewa?”. Sang gadis tertegun dan raut wajahnya pun seketika berubah. Melihat hal itu aku tertunduk dan mencoba menyelidiki adakah salah dalam pertanyaan ku, ketika itu pula sang gadis mulai berbicara dan menceritrakan semua tentang dirinya dan semua kisah-kisahnya. Akhirnya akupun mengerti kenapa dan mengapa dia selalu mengajak ku kesini. Ternyata di sinilah dulu dia dan kekasihnya mulai merangkai cerita dan kisah-kisah indah dalam hidup nya. Aku yang tak ingin melihat nya terus terlarut dengan kenangan masa lalunya, mulai angkat bicara dan mengalihkan pembicaraan sambil ku sorongkan segelas es teh untuk dirinya. Nikmat...seuntaian kata yang langsung ia lontarkan ketika mencium aroma teh di kota ini. Wow..sebuah progres yang patut di catat.
Hari itu, minggu ke-3 di bulan agustus ingin ku uraikan perasaan ku terhadap nya. Perasaan yang sudah mengganggu ku sejak berada dengan nya. ”dhe...mata sayu tidak tau harus mulai dari mana dan bagaimana e. Tidak ada kata sanjung untuk mengawali semuanya. Hari ini aku ingin katakan yang sesungguh nya kalau aku jatuh cinta denganmu. Tak peduli apa cerita tentang masa lalu mu, bagiku itu tak penting.” Kataku menuruti kata hati ku. Tak ada sinyal-sinyal pasti dari nya, dia terdiam seakan tak setuju dengan isi hatiku. Ku tatap mata nya, ada segumpal mutiara yang membasahi pipinya. Aku terdiam menyelidiki apa mungkin aku salah mencintai dia. Diam pun kembali merekah, sepertinya ini akan terulang dari awal lagi. Seperti orang asing yang di lempar jauh ke daerah yang di landa bencana.“ Njiuk.” sederet abjad tanpa kalimat pembentuk coba ia utarakan. “ nana Njiuk, sebenarnya saya juga sudah lama jatuh cinta dengan nana e. Cara nana mendekati saya persis seperti cara dia dulu mendekati saya. Ini mungkin suatu tanda kalau memang saya akan bertemu dengan laki-laki yang punya tipe seperti dia dulu. Nana, tidak ada kata tidak mau dari saya untuk menulis cerita dengan nana e.” Wow, mungkin ini yang orang bilang ada pelangi sehabis renai gerimis di senja itu. Ingin ku rangkul diri nya, memanjakan nya dengan sejuta cara.“ Terima kasih enu.” kataku merespon isi hati nya. Ada tawa di antara kami, ada cinta di balik sebuah perhatian yang mendalam selama ini.
Ringan ku langkah kan kaki menyusuri lorong kecil menuju kos nya, berjalan menuju kos sang pujaan hati. Mimpi-mimpi indah seperti nya sudah kembali ku rasakan setelah sekian lama menjauh dari cinta yang ku anggap  sebuah perasaan fatamorgana.
Tak terasa enam bulan berlalu, cerita cinta di rumah makan pojok tetap di bina hingga jarum detikpun lelah menunggu kata akhir. “ nana, saya rasa nana sudah banyak berubah e, nana sudah tidak seperti kemarin“. Sebuah pesan singkat yang ia kirim kan di sore itu. Sebuah pesan yang amat mengejutkan ku. “ berubah apanya enu??” tanyaku menyelidiki pertanyaan singkatnya. “ ada banyak nana, dari nana yang dulunya care dengan saya, selalu ada waktu untuk mendengar kisahku tentang studi dan pengalaman ku tentang kota ini. Sepertinya itu semua sudah hilang dari nana e “. Aku terhentak dengan isi pesan ini, akankah sikapku yang kan mengakhiri cerita ku dengan dia si gadis mata sayuku??.
Rintik gerimis di senja itu mewarnai setapak langkah yang siap kutatih tanpa harus bersama dia si gadis mata sayuku. Ingin ku rajut kembali kisah-kisah yang pernah kusandingkan dengannya, mewarnai setiap angan, dan menghapus semua jejak yang sudah berlalu. Memulai lembaran baru dengan cerita hujan di malam natal. Rintik gerimis, gemuruh angin membius hasrat yang tiada bertepi, mengalun sempurna tanpa ada logika yang harus diperhatikan. Ah hujan dimalam natal kenapa harus kulupakan kisah ku dengan si gadis mata sayuku?. Ku mulai mengartikan rintik hujan di malam natal ini, menganalogikannya seperti turunan fungsi tanpa rumus pelimit. Sepertinya ini akan sia-sia, dia sudah terlalu jauh pergi dan bahkan lupa akan diriku. Dia lupa untuk kembali, dia lupa bahwa masih ada seseorang yang menantinya disini.  Terima kasih mata sayu.

Dipertigaan Jalan. Kupang, Desember 2017

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Hanya Enu Manggarai yang Cantiknya Luar Biasa.

CERITA MAHASISWA SEMESTER AKHIR

Teliga Rindu Untukmu Yang Kusapa Ayah