Mata sayu dipersimpangan jalan itu

Mata sayu di persimpangan jalan itu, tatapanmu begitu memikat. Jauh hasrat membayang, teruntuk angan yang terus menyapa. Tentang hadirmu yang kini membuat hujan dikota ini tak lagi membuatku cemas. Sayu matamu membuatku candu.
Januariku tak lagi sekabut kemarin, awan hitam pekat tak lagi menggumpal dalam isi kepala. Kau hadir mengusik resahku. Kita beda tapi tak jadi penghalang, untuk hati yang kian merindu kau sempurnakan hariku.
Mata sayu di persimpangan jalan itu, senyummu memamerkan ayu keanggunan. Aku gelisah, tapi tidak untuk nyali yang menciut. Jika kopimu selalu nikmat, maka aku harap hadirmu selalu memberi arti. Tak perlu banyak adonan untuk menghasilkan sajian kopi yang begitu nikmat, itu hanya butuh ketulusan, keterbukaan, dan tentu nya kepandaian untuk menghargai keberadaannya. Jelas kopimu akan selalu aku seruputi. Kamu tau, ini hal sederhana yang aku suka darimu.
Tak perlu banyak omong kosong, sebab hati tak butuh hal bodoh seperti itu. Sederhanakan maksud hadirmu, karena canduku terus menggema dalam setiap lamunan.
Mata sayu dipersimpangan jalan itu, jika diawal Januari ada kabar baik menghampiri kita, maka aku harap untuk awal bulan berikutnya selalu menyiratkan hal yang sama. Aku membutuhkan mu. Tak perlu banyak omong kosong, karena itu akan memper-rumit keadaan. Percayalah!. Purnamasari, aku membutuhkanmu.


Kevhin Marden (Kupang, 20/01/2019)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Hanya Enu Manggarai yang Cantiknya Luar Biasa.

CERITA MAHASISWA SEMESTER AKHIR

Teliga Rindu Untukmu Yang Kusapa Ayah