Tentang pagi dan embunnya

KAU TETAP SAJA EMBUN PAGIKU
(Kevhin Marden)
Dari sebuah narasi kecil
Kau pernah membuat sebuah cibiran
Bertubuh pendek
“kau rindu padaku”
Begitu kira-kira ucapmu.
Untuk sebuah rasa yang terlempar
Mungkin bisa dikejar tanpa harus menghafal rumus.
Kurang dan lebih
Kau tetap saja embun
Yang selalu aku sapa di setiap pagi.
Namamu aku sematkan dalam puisi
Namun aku takkan sanggup mengeeja
Setiap kata yang tumbuh ketika aku kagumi
Kening mu.
Aku berjanji bahwa kita akan bertemu
Ketika jarum pendek patah di angka delapan
Dan jarum panjang berselingkuh di angka sepuluh.
Sungguh rasa ini membodohiku
Yang tanpa kau sadari.
Maaf bila nadaku pernah terlambat pamit
Darimu.
Akan aku ceritakan bagaimana sukarnya
Menyulam kata, saat hatiku
Merindukan tawamu.
Ahh kasih.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Hanya Enu Manggarai yang Cantiknya Luar Biasa.

CERITA MAHASISWA SEMESTER AKHIR

Teliga Rindu Untukmu Yang Kusapa Ayah